______________
Di tengah hiruk-pikuk pasar Kairo abad ke-9, tersembunyi sosok yang begitu sederhana—berpakaian lusuh, berjalan pelan, kadang berbicara dengan binatang, kadang dengan dirinya sendiri. Namanya Dhu al-Nun al-Misri, sang sufi besar dari Mesir yang namanya akan terukir dalam sejarah tasawuf sebagai pelopor ma'rifah—pengetahuan batin tentang Tuhan.
Namun, di balik keseriusan ilmunya, tersimpan juga senyum, canda, dan kisah-kisah lucu yang membuat ilmu hikmah terasa hangat di hati para pendengarnya.
Langkah Awal Seorang Pencari 🕵️🕵️
Thawban ibn Ibrahim, nama aslinya, lahir dan besar di Mesir. Sejak muda ia merasa bahwa ilmu lahiriah tak cukup menuntunnya kepada hakikat Tuhan. Maka ia menjelajahi padang pasir, mendaki gunung, bahkan menyelam dalam kesendirian untuk merenungi hakikat jiwa. Dalam perjalanan spiritualnya, ia menemukan bahwa Tuhan tak hanya bisa ditemukan dalam kitab-kitab, tapi juga dalam keheningan malam, dalam percakapan dengan ikan, dan bahkan dalam diamnya hati yang pasrah.
Kecintaannya pada Tuhan menjadikannya pribadi yang lembut, dalam, tapi juga… penuh kejutan.
Ketika Laut Mendengar Zikirnya 🐬🐳🦈🦐🐙🦑
Salah satu peristiwa paling terkenal dalam hidup Dhu al-Nun terjadi saat ia dituduh oleh penguasa sebagai penyebar ajaran sesat. Tuduhan itu muncul karena mereka tak memahami konsep "ma'rifah" yang ia ajarkan. Ia ditangkap dan diangkut dengan kapal menuju Baghdad untuk diadili.
Namun, di tengah laut, badai besar mengguncang kapal. Para prajurit panik. Dhu al-Nun berdiri, wajahnya tenang, lalu mulai berzikir dengan suara lembut. Ajaibnya, ombak perlahan tenang, angin mereda, dan lautan menjadi setenang cermin. Para pelaut bersaksi bahwa mereka melihat ikan-ikan berkumpul di sekitar kapal, seolah mendengarkan zikirnya.
Sejak saat itu, ia dijuluki Dhu al-Nun — “Sang Pemilik Ikan”.
Teguran Lembut untuk Si Tukang Jagal 🐂🐄🐮
Di sebuah pagi yang sibuk di pasar Mesir, Dhu al-Nun berjalan santai sambil memegang tasbih. Ia melewati seorang tukang jagal yang sedang marah besar kepada pembantunya karena salah dalam menyembelih kambing.
"Apa kau ini bodoh?" teriak si jagal. "Menyembelih saja tak bisa!"
Dhu al-Nun mendekat dan dengan suara pelan berkata:
"Wahai saudaraku, kau marah karena dia tak tahu cara menyembelih. Tapi, sudahkah kau siapkan dirimu ketika nanti kau yang akan disembelih oleh malaikat maut?"
Tukang jagal itu terdiam. Tangannya yang sebelumnya menunjuk pun turun perlahan. Wajahnya pucat. Orang-orang pasar ikut terpaku. Tapi sebelum suasana menjadi terlalu serius, Dhu al-Nun tersenyum dan berkata,
"Kalau begitu jangan marah-marah dulu, kita semua sedang dalam antrean sembelihan yang sama."
Pasar pun meledak dalam tawa—sebuah tawa yang mengandung renungan dalam.
Ilmu Instan? Pergilah ke Pasar 🎪🎡
Suatu hari seorang pemuda datang kepadanya dengan penuh semangat.
"Syekh," katanya, "ajarkan aku ilmu ma'rifah secepat mungkin. Aku orang sibuk, tak sempat belajar lama."
Dhu al-Nun mengangguk dengan tenang dan menjawab,
"Kalau begitu, pergilah ke pasar dan belilah ilmu ma'rifah dengan satu dirham."
Pemuda itu bingung. "Tapi, Syekh… tak ada yang menjual ilmu seperti itu di pasar."
Dhu al-Nun menatapnya dan berkata:
"Nah, kalau kau tahu ilmu itu tak dijual di pasar, mengapa kau kira bisa mendapatkannya secara instan? Ilmu itu bukan barang, tapi buah dari kesabaran dan kejujuran hati."
Pemuda itu hanya bisa menunduk, dan mulai sejak itu ia menjadi murid sejati yang belajar perlahan, dengan hati.
Warisan Sang Sufi 💎💍💠
Dhu al-Nun al-Misri wafat di Baghdad. Saat jenazahnya diantar ke pemakaman, langit terlihat mendung, dan banyak orang menangis. Seorang ulama besar yang awalnya menuduhnya sesat ikut hadir dan berkata:
"Dia adalah wali Allah yang sejati. Kita yang terlambat memahaminya."
Warisan Dhu al-Nun bukanlah dalam bentuk bangunan atau kitab yang tebal, tapi dalam kebijaksanaan yang menyentuh jiwa dan senyuman yang mengandung hikmah.
❤️💙🩵
Dhu al-Nun al-Misri mengajarkan kita bahwa perjalanan spiritual tak selalu harus penuh ketegangan. Ada kalanya Tuhan tersenyum melalui lisan hamba-Nya yang arif. Dalam setiap candaannya, tersembunyi teguran. Dalam setiap kisahnya, tersirat petunjuk. Ia bukan hanya seorang sufi agung, tapi juga pengingat bahwa kebenaran, bila disampaikan dengan kasih dan sedikit kelakar, bisa mengetuk hati lebih dalam daripada seribu kata.
#kisahsufistik #tasawuf #sufi #sabar #jujur #jiwa #zikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar