Jumat, 30 Mei 2025

Lihat Kedalam

 

LIHAT KE DALAM

Tanggal: 30 Mei 2025 | Di Ambil dari Tulisan: Majelis Dzikir Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Nusantara

Pendahuluan

من طلب مولانا بغير نفسه فقد ضل ضلالا بعيدا (رواه ابن ماجه) Barang siapa mencari Tuhan (Alloh SWT) dengan cara lain diluar dirinya sendiri, Maka ia telah Tersesat dengan Kesesatan yang jauh. (HR.ibnu Majah)

Ma’rifatullah bukan sekadar dipelajari, melainkan untuk dialami secara langsung. Tujuannya bukan menjadi ahli kitab, tetapi mampu mengeksplorasi dimensi rohani. Sebab apa pun kitabnya dari yang klasik hingga modern, semuanya mengajak kita untuk masuk ke dalam. Itulah inti pesannya.

Namun kenyataannya, banyak yang hanya sampai di permukaan. Mereka mencoba duduk diam, menutup mata, dan berusaha menyelam ke dalam diri, namun yang muncul justru pikiran tak kunjung diam. Perasaan datang silih berganti. Jiwa pun mulai gelisah. Akhirnya, tasbih pun dibanting.

Penjelasan

Begitulah yang sering dialami oleh para pejalan thariqat. Muncul tanya dalam hati: Apa yang sebenarnya sedang aku masuki? Yang terasa hanya kegelapan, kesendirian, dan kehampaan. Dzikir tak lagi menggetarkan hati sanubari. Bahkan terlintas dalam benak: Untuk apa semua ini? Lama-kelamaan, dzikirullah pun terasa membosankan. Tak sedikit yang mulai membandingkan: lebih baik berburu dunia, mengejar rupiah, setidaknya ada hasil yang tampak. Sementara duduk dalam dzikir terasa hanya begitu-begitu saja. Stagnan. Bahkan banyak yang hanya ikut-ikutan. Menjadi partisipan dalam thariqat tanpa sungguh-sungguh menyelam ke dalam. Ini bahaya besar baginya. Perjalanan suci ini pun tak berdampak, hanya menjadi ajang euforia dan komunitas sosial. Padahal, thariqat seharusnya menimbulkan dorongan kuat agar ruhani kita tersambung kepada Sumber-Nya. Dengan sungguh-sungguh. Sebuah jihad ke dalam. Bukan ke luar. Di sinilah pentingnya pembimbing yang telah menembus dimensi ruhani untuk memvalidasi dzikir si salik, agar sang salik tidak menyimpulkan sendiri perjalanan yang belum pernah ia lalui serta tak terperangkap dalam alam sadar, atau bahkan terseret ke alam bawah sadar yang penuh godaan keajaiban. Sebab tanpa bimbingan dan tanpa dzikir yang mengandalkan "Potensi Tak Terhingga (Nur Ilahi)" banyak yang terseret pada fenomena, bukan naik ke dimensi ruhani, melainkan terjebak dalam keanehan cari keramat dan halusinasi, yang justru mengaburkan tujuan. Padahal, yang seharusnya tumbuh bukanlah keanehan melainkan keluhuran: Ilahi anta maqsudi, waridhaka mathlubi. Itu sebabnya, Ayahanda Guru Prof. DR SS Kadirun Yahya menegaskan bahwa “Tujuan berthariqat untuk mendapatkan getaran dan gelombang Tuhan” agar rohani berhasil bersambung kembali ke Sumber-Nya. Bukan selain-Nya dan jangan mengandalkan kemampuan diri sendiri yang terbatas.

Penutup

Maka dari itu, dzikir itu mesti mengandalkan Nur Ilahi, dibimbing, divalidasi serta dengan disiplin tinggi dan kesabaran yang besar, maka lompatan dimensional terjadi secara otomatis, sekaligus pikiran terlampaui secara alamiah.


Dalam kebersamaan, kita temukan kedamaian.

Temukan kisah, nilai, dan inspirasi dari tanah kelahiran di blog kami:

Majelis Sekumpul - Sadulur Salembur

📖 Baca sekarang dan rasakan hangatnya budaya dan spiritualitas lokal.

#MajelisSekumpul #SadulurSalembur #BlogKomunitas #NilaiLokal

Terima kasih telah membaca di Majelis Sekumpul - Sadulur Salembur.

Jangan lupa bagikan artikel ini jika bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar